Petikan kata-kata Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani :
Jika kamu menginginkan kerajaan dunia dan akhirat, serahkan dirimu sepenuhnya untuk Allah swt, sehingga kamu akan menjadi pemimpin bagi dirimu dan bagi orang lain. Terimalah nasihatku ini, aku menasihatmu dengan jujur, maka jujurlah kamu kepadaku. Jika kamu berdusta dan mendustakan maka kamu akan didustakan pula. Jika kamu menghutangi maka kamu akan dihutangi. Ambillah ubat dariku untuk menyakitmu dan gunakanlah ia agar kamu sihat. Orang-orang terdahulu berkeliling ke barat dan ke timur untuk mencari para wali dan orang-orang soleh. Mereka adalah doktor-doktor hati dan agama. Tetapi pada hari ini kamu justru sangat membenci para fuqara, ulama dan wali, padahal sebenarnya mereka adalah para pembimbing dan pengajar.
Nabi Muhammad saw telah bersabda bahawa Allah swt berfirman yang ertinya :
Tidaklah mendekatkan diri orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan lebih utama daripada menjalankan sesuatu yang telah Aku wajibkan ke atas mereka. Dan tidak henti-hentikannya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengaran, penglihatan, tangan dan penolong baginya. Maka dengan-Ku dia mendengar, dengan-Ku dia melihat dan dengan-Ku dia menyerang.
Para ulama bersunyi diri dari dunia dan akhiratnya semata-mata kerana taatnya kepada Allah swt. Dengan ketaatannya menjadikan Allah swt cinta kepadanya. Para ahli sufi itu belum sampai ke akhirat sudah melihat hisab atau hal-hal lain di sana.
Sesungguhnya, tidak ada kebahagian bagi kita sehingga kita mengikut Al-Quran dan Sunnah. Sebahagian ahli sufi berkata “Barangsiapa tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah iblis“. Ikutlah para guru iaitu Ulama yang mengetahui Al-Quran dan Hadith serta beramal dengannya. Belajarlah dan bergaullah dengan mereka maka insyallah kita akan berjaya.
Semuga sedikit ilmu ini memberi pedoman kepada kita untuk membuat pilihan kerana kejayaan kita dunia dan akhirat hanya apabila kita mengikut Al-Quran dan Hadith yang diwarisi oleh pewaris nabi, para ulama yang sentiasa mengikut cara hidup Rasulullah saw…wallahuallam.
[ad#serverfreak]
30 Comments
ulama besar sekarang dah berkurangan.
sekarang ni kena rujuk pada sumber yang benar.
Curahan rasa Ali ridha @ ..Hidup Untuk Memberi – Sebulan menangi Acer Aspire One
Kata ulama adalah bentuk jamak (banyak) dari kata ‘alim yang berarti orang berilmu. Secara bahasa yang dimaksud dengan ulama adalah Ulama uddin yakni orang berilmu dalam agama islam. Seperti disebut oleh imam al-gozali dalam judul bukunya Ihya Ulumuddin, yakni menghidupkan ilmu-ilmu agama Islam.
Dalam keseharian kata Din terbiasa dibuang, sehingga cukup menggunakan kata ulama untuk merujuk orang yang berilmu dalam agama islam.
Maksudnya ia cukup tahu dalam bidang syariah, aqidah, tauhid, al-Qur’an, dan lain sebagainya. Seseorang yang cukup berilmu dalam hal selain agama islam, maka penyebutannya harus lengkap (disebutkan bidangnya). Misalnya ulama kedokteran, ulama astronomi, ulama rekayasa dan lain sebagainya.
Sebaliknya, seseorang yang cukup berilmu dalam agama islam namun dia bukan muslim, maka statusnya bukanlah ulama namun ilmuman (Orientalis).
Ulama sangat terikat dengan ilmunya. Punya ilmu namun tidak mengamalkan, maka ia diancam dengan ayat-ayat berdosa besar. Jika orang awam melakukan kesalahan dosanya satu, maka seorang ulama mendapatkan dosa berkali lipat.
Ulama adalah pewaris para nabi. Yang diwarisinya bukanlah harta, namun fungsi dan tugas para nabi. Bahkan kalau disebutkan ada nabi, maka nabi itu adalah ulama.
Sungguh tinggi kedudukan ulama setelah kenabian nabi Muhammad.
Tugas ulama mengawal aqidah, menegakkan syariah, amal maruf nahi munkar, menjawab pertanyaan dan menentukan hukum yang belum tersurat dalam al-Quran, Hadist dan Tabi’in.
Di negara Islam seperti Timur Tengah peran ulama ditangani oleh seorang Mufti.
Patutlah kita bergaul dengan para yang baik saja, seperti ulama, cendekiawan dan orang pintar
Ulama Ahli Fiqh adalah ulama yang memahami hukum Islam, menguasai dalil-2nya, metodologi penyimpulannya dari Qur’an dan hadis, serta mengerti pendapat-2 para ahli lainnya.
Ulama Ahli Tasawuf adalah ulama yang menguasai pemahaman, penghayatan, dan pengamalan akhlaq karimah, lahir dan bathin serta metodologi pencapaiannya.
Ulama Ahli Ushuluddin ialah ulama yang ahli dalam aqidah Islam secara luas dan mendalam, baik dari segi filsafat, logika, dalil aqli dan dalil naqlinya.
Ulama Ahli Hadits yaitu ulama yang menguasai ilmu hadits, mengenal dan hafal banyak hadist, mengetahui bobot kesahihannya, asbabul wurudnya (situasi datangnya hadits)
Ulama Ahli Quran ialah ulama yang menguasai ilmu qiraat, asbabunnuzul, nasih mansuh dsb. Ulama tafsir adalah bagian dari ini yang memiliki kemampuan menjelaskan ‘maksud’ Qur’an.
Ajakan perenungan terhadap ayat-ayat Tuhan ini adalah untuk mencari sebab akibat terhadap hal-hal yang akan terjadi sehingga dapat melahirkan teori-teori baru. Kata al-’alimun diiringi dengan usainya suatu peristiwa dan Al-Qur’an menyuruh mereka untuk merenungi kejadian ini sebagai bahan evaluasi agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.
Penggunaan kata al-’ulama’ dalam Al-Qur’an selalu saja diawali dengan ajakan untuk merenung secara mendalam akan esensi dan eksistensi Tuhan serta ayat-ayat-Nya baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dan para ulama adalah warisan (peninggalan) para nabi. Para nabi tidak meninggalkan warisan berupa dinar (emas), dirham (perak), tetapi mereka meninggalkan warisan berupa ilmu.(HR Ibnu Hibban dengan derajat yang shahih)
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[oran yang berilmu]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir: 28)
Sedangkan di dalam hadits nabi disebutkan bahwa para ulama adalah orang-orang yang dijadikan peninggalan dan warisan oleh para nabi.
Selain masalah ketinggian derajat para ulama, Al-Quran juga menyebutkan dari sisi mentalitas dan karakteristik, bahwa para ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah. Sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat:
Al-Quran memberikan gambaran tentang ketinggian derajat para ulama,
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama) beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah: 11)
Secara bahasa, kata ulama adalah bentuk jamak dari kata ‘aalim. ‘Aalim adalah isim fail dari kata dasar:’ilmu. Jadi ‘aalim adalah orang yang berilmu. Dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.
he…. jadi pengomel pertama juga disini.
Kyai Muchith Muzadi,- salah seorang ulama dari NU- membuat kategorisasi ulama atas dasar ilmu, secara garis besar sebagai berikut:
1. Ulama Ahli Quran ialah ulama yang menguasai ilmu qiraat, asbabunnuzul, nasih mansuh dsb. Ulama tafsir adalah bagian dari ini yang memiliki kemampuan menjelaskan ‘maksud’ Qur’an.
Curahan rasa Bang Iwan @ ..HIDUP SEORANG BLOGGER sebagai Pe eR Te
2. Ulama Ahli Hadits yaitu ulama yang menguasai ilmu hadits, mengenal dan hafal banyak hadist, mengetahui bobot kesahihannya, asbabul wurudnya (situasi datangnya hadits) dsb.
Curahan rasa Bang Iwan @ ..HIDUP SEORANG BLOGGER sebagai Pe eR Te
3. Ulama Ahli Ushuluddin ialah ulama yang ahli dalam aqidah Islam secara luas dan mendalam, baik dari segi filsafat, logika, dalil aqli dan dalil naqlinya.
Curahan rasa Bang Iwan @ ..HIDUP SEORANG BLOGGER sebagai Pe eR Te
4. Ulama Ahli Tasawuf adalah ulama yang menguasai pemahaman, penghayatan, dan pengamalan akhlaq karimah, lahir dan bathin serta metodologi pencapaiannya.
Curahan rasa Bang Iwan @ ..HIDUP SEORANG BLOGGER sebagai Pe eR Te
5. Ulama Ahli Fiqh adalah ulama yang memahami hukum Islam, menguasai dalil-2nya, metodologi penyimpulannya dari Qur’an dan hadis, serta mengerti pendapat-2 para ahli lainnya.
Curahan rasa Bang Iwan @ ..HIDUP SEORANG BLOGGER sebagai Pe eR Te
Comments are closed.